PENERAPAN
KAIDAH EJAAN
A. PENGERTIAN
EJAAN
Yang dimaksud dengan
ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).
B. EJAAN
BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Beberapa hal yang perlu
dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah
sebagai berikut.
1. Perubahan
Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan
yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf
di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur
pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
3. Huruf-huruf
q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
Sinar-X
4. Penulisan
di- atau ke sebagai awalan dan di atau
ke sebagai kata depan dibedakan,
yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata
depan)
ditulis di
kampus
dibakar di
rumah
dilempar di
jalan
dipikirkan di
sini
ketua ke
kampus
kekasih ke
luar negeri
kehendak ke
atas
5. Kata
ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak,
berjalan-jalan, meloncat-loncat
Ejaan
ini berbicara tentang; 1) pemakaian huruf, 2) penulisan huruf, 3) penulisan
kata, 4) penulisan unsur-unsur serapan, dan 5) pemakaian tanda baca.
C. PEMAKAIAN
HURUF
1. Nama-nama
huruf
Abjad yang digunakan
dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf berikut.
Huruf Nama Huruf Nama
A a a N n en
B b be
– bukan bi O o o
C c ce
– bukan si P p pe
D d de Q q ki
– bukan kyu
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge
– bukan ji T t te
– bukan ti
H h ha U u u
I i i V v fe
J j je W w we
K k ka X x eks
– bukan ek
L l el Y y ye
– bukan ey
M m em Z z zet
Di
samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan
luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas
gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan
sy.
Dalam
hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk,
misalnya dalam bank dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan
huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bathin, dan
hatsil tidak mungkin digunakan dalam
bahasa Indonesia.
Huruf
e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam
kata-kata lele, beres, materi, merah, dan
kaget, dan dapat pula dilafalkan
menjadi e lemah atau e pepet, seperti terdapat dalam kata-kata
beras, segan, kenal, benar, dan cepat.
2. Semua
singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesa termasuk singkatan yang
berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.
Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
AC [
a se] [a
ce]
BBC [bi
bi si] [be
be ce]
IUD [ay
yu di] [i u
de]
TVRI [ti
vi er i] [te
ve er i]
Logis [lohis] [logis]
Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]
Akronim
bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional
mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia,
tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
Kata Lafal Tidak
Baku Lafal Baku
Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]
Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]
3. Persukuan
Persukuan ini
diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan
jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata,
kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata itu tanpa
jarak/ spasi.
4. Penulisan
nama diri
Penulisan nama diri,
nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah yang
berlaku. Penulisan nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah
lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus.
Pertimbangan khusus itu menyangkut segi adat, hukum, atau kesejarahan.
Universitas Padjadjaran
Soepomo Poedjosoedarmo
Imam Chourmain
Dji Sam Soe
D. PENULISAN
HURUF
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf kapital dan
(2) penulisan huruf miring.
1. Penulisan
huruf kapital
a. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung.
Misalnya:
1) Dia
bertanya, “Kapan kita pulang.”
2) Archimides
berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan mendapatkan
tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang seberat zat cair yang
dipindahkannya.”
b. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti –Nya. Huruf
pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus
dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal
keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang
menunjukkan nama jenis, seperti jin,
iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa, meskipun bertalian
dengan keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
1) Tuhan
akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya
2) Di
dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia berakhlak
terpuji.
c. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan,
agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya:
1) Pemerintah
memberikan anugerah kepada Mahaputra
Yamin.
2) Ketua
DPR RI Agung Laksono berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji pegawai negeri
harus diimbangi oleh kualitas kerja pegawai negeri.
Jika
tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pankat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
Ia
bercita-cita menjadi gubernur.
Akan
tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat
itu dituliskan dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pagi
ini Menteri Perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang.
d. Kata-kata
van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang
tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata digunakan sebagai nama
pertama atau terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
1) Harta
yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman
sebagian besar akan disumbangkan ke panti asuhan.
2) Menurut
Ibnu Sina, akar tumbuhan tertentu
mengandung khasiat untuk menyembuhkan penyakit.
e. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya :
Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk memajukan pembangunan.
Demikian juga, jika
tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
petai cina gula
jawa
jeruk bali kunci
inggris
kertas manila pisang
ambon
f. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.
Misalnya:
Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan kertas.
h. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi.
Misalnya:
Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia mengucapkan sumpah di depan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Akan tetapi, jika tidak
menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Indonesia adalah suatu
negara yang berbentuk republik.
i.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang,
yang terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnaka diterbitkan oleh Balai Pustaka.
j.
Huruf kapital dipakai
dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter.
Misalnya:
1) Proyek
itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.
2) Penyakit
ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.
k. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman yang dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan. Singkatan pak,
bu, kak dik, diikuti oleh nama orang/ nama jabatan.
Misalnya:
1) Surat
Saudara sudah saya terima.
2) Selamat
pagi, Pak!
2. Penulisan
huruf miring
a. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang
harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis bawah satu.
Misalnya:
1) Berita
itu sudah saya baca dalam surat kabar Kompas
dan Suara Merdeka.
2) Buku
Negarakertagama dikarang oleh Mpu
Prapanca.
b. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata.
Buatlah kalimat dengan
kata dukacita.
c. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah
manggis ialah carcinia mangestana.
E. PENULISAN
KATA
a. Kata
dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan
kata dasarnya. Jika gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran, awalan
atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan.
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
di
didik dididik
di
suruh disuruh
berterimakasih berterima
kasih
beritahukan beri
tahukan
sebarluaskan sebar
luaskan
Jika
gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya itu
harus dituliskan seragkai.
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
memberi
tahukan memberitahukan
menyebar
luaskan menyebarluaskan
ketidak
adilan ketidakadilan
b. Kata
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Kata ulang tidak
hanya berupa pengulangan kata dasar, kata turunan, dan pengulangan kata yang
mendapat awalan dan akhiran.
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
jalan2 jalan-jalan
sayur
mayur sayur-mayur
di-besar2-kan dibesar-besarkan
bolak
balik bolak-balik
c. Gabungan
kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya dituliskan
terpisah.
Misalnya:
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
tatabahasa tata
bahasa
kerjasama kerja
sama
orangtua orang
tua
serahterima serah
terima
Gabungan
kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
sekali
gus sekaligus
dari
pada daripada
apa
bila apabila
segi
tiga segitiga
d. Kata
ganti ku dan kau – yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau – ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya- yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya.
Misalnya:
1) Masalah
banjir kukemukakan dalam diskusi
antardepartemen.
2) Kalau
mau, boleh kauambil buku itu.
3) Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini.
4) Penemuannya dalam bidang mikrobiologi sangat
mengejutkan dunia ilmu dan teknologi.
e. Kata
depan, di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Ketika truk Belanda
sudah bergerak dari timur ke barat, gerilyawan yang bersembunyi di bawah kaki bukit lari ke arah utara.
f. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis, dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian atau pemaparan.
Misalnya:
1) Ada
sekitar lima puluh calon mahasiswa
yang tidak diterima di universitas ini.
2) Kendaraan
yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1.000
mobil, 100 metro mini, dan 50 bus kota.
g. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Susunan kalimat dapat diubah
sehingga yang tidak bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat
lagi pada awal kalimat.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
1) 12 orang
menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) 150
orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah.
Bentuk Baku
1) Dua belas orang
menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak
150 orang pegawai mendapat
penghargaan dari Pemerintah.
h. Dokumen
resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
1) Jumlah
pegawai di perusahaan itu 12 (dua
belas) orang.
2) Di
perpustakaan kami tercatat 350 (tiga
ratus lima puluh) buah buku.
Bentuk Baku
1) Jumlah
pegawai di perusahaan itu dua belas
orang.
2) Di
perpustakaan kami tercatat 350 buah
buku.
F. PENULISAN
UNSUR SERAPAN
Berdasarkan taraf
integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar.
Pertama, unsur yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, unsur-unsur ini
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti
cara asing.
Kedua, unsur asing yang
pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesia
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Berikut ini didaftarkan
sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang sering
digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata
asing
|
Penyerapan
yang benar
|
|
Risk
|
Resiko
|
Risiko
|
System
|
Sistim
|
Sistem
|
Effective
|
Efektip
|
Efektif
|
Technique
|
Tehnik,
tehnologi
|
Teknik,
teknologi
|
Method
|
Metoda
|
Metode
|
Frequency
|
Frekwensi
|
Frekuensi
|
Practical
|
Praktek
|
Praktik
|
Description
|
Diskripsi
|
Deskripsi
|
Kuitantie
|
kwitansi
|
kuitansi
|
Quality
|
Kwalitas
|
Kualitas
|
Ideal
|
Idiil
|
Ideal
|
Management
|
Managemen
|
Manajemen
|
Coordinasi
|
Kordinasi
|
Koordinasi
|
Survey
|
Survei
|
Survai
|
Carier
|
Karir
|
Karier
|
Mass
media
|
Mass
media
|
Media
masa
|
Ambulance
|
Ambulan
|
Ambulans
|
Analysis
|
Analisa
|
Analisis
|
Complex
|
Komplek
|
kompleks
|
Efficient
|
Effisien
|
Efisien
|
Taxi
|
Taxi
|
Taksi
|
Activity
|
Aktifitas
|
Aktivitas
|
Februari
|
Pebruari
|
Februari
|
November
|
Nopember
|
November
|
G. PEMAKAIAN
TANDA BACA
Pemakaian tanda baca
dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan;
1. Tanda
titik (.)
a. Tanda
titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
1) W.S
Rendra
2) Abdul
Hadi W.M.
3) Ach.
Sanusi
b. Tanda
titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
1) Dr.
2) Drs.
3) M.Hum
4) Ny.
5) Sdr.
6) Kol.
c. Tanda
titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis
dengan huruf kecil.
1) s.d
2) a.n
3) dkk.
4) Tsb.
d. Tanda
titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan,
jutaan, dan seterusnya.
1) Tebal
buku itu 1.150 halaman.
2) Jarak
dari desa ke kota 30.000 meter.
Akan
tetapi, jika angka itu tidak menyatakan satu jumlah, tanda titik tidak
digunakkan.
1) tahun
2000
2) halaman
123
3) telepon
(021) 730824
e. Tanda
titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata
atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).
1) DPR
2) SMA
Negeri XX
3) tilang
f. Tanda
titik tidak digunakan di belakang singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
1) Lambang
Cu adalah lambang kuprum.
2) Seorang
pialang membeli 10 kg emas batangan.
g. Tanda
titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala
ilustrasi tabel, dan sebagainya.
1) Wanita
Indonesia di Pentas Sejarah
2) Azab
dan Sengsara
h. Tanda
titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta di
belakang nama dan alamat penerima surat.
1) Jalan
Harapan III/AB 19
2) Jakarta,
19 September 2016
3) Yth.
Sdr. Imam Kurnia
Jalan Cisarua 12
Tasikmalaya
2. Tanda
koma (.)
a. Tanda
koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
1) Saya
menerima hadiah dari Paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu.
2) Departemen
Pariwisata, Seni, dan Budaya.
b. Tanda
koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi,
melainkan, dan sedangkan.
1) Dia
bukan mahasiswa Poltekkes, melainkan
mahasiswa Unikal.
2) Saya
bersedia membantu, tetapi kaukerjakan
dahulu tugas itu.
c. Tanda
koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat
didahului oleh kata penghubung bahwa,
karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya.
1) Apabila
belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2) Agar
cita-cita Saudara tercapai, Saudara harus bekerja keras.
d. Tanda
koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapann penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awl kalimat. Termasuk di dalamnya oeh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun,
meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu,
dalam pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya,
sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, padahal, dan
sebagainya.
1) Selanjutnya,
ita akan membicarakan masalah lain.
2) Oleh karena itu,
kita harus menghormati pendapatnya.
e. Tanda
koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
1) Aduh, betulkah
saya lulus tes?
2) Kasihan,
dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester satu tahun depan.
f. Tanda
koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
1) Kata
petugas, “Kamu harus berhati-hati di jalan raya”
g. Tanda
koma digunakan di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis,
berurutan.
1) Bandung,
10 April 2008
2) Jakarta,
Indonesia
h. Tanda
koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
1) Tjiptadi,
Bambang. 1984. Membina Bahasa Indonesia.
Jakarta: Yudhistira
i.
Tanda koma digunakan di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama keluarga atau marga.
1) Sudarsono,
S.E.
2) Ariesma
S, S.Pd.,M.Hum
j.
Tanda koma digunakan
untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
1) Seorang
warga, selaku wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
2) Di
daerah kami, misalnya, masih banyak warga yang buta huruf.
k. Tanda
koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut megiringi induk kalimat.
1) Menteri
mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan.
2) Semua
orang akan berhasil dalam hidup jika bekerja keras.
3. Tanda
titik koma (;)
Tanda titik koma dapat
dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Para pemikir mengatur
strategi dan langkah yang harus ditempuh; para pelaksana mengerjakan tugas
sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
4. Tanda
titik dua (:)
a. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Perguruan Tinggi
Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi
Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
b. Tanda
titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Perguruaan Tinggi
Nusantara mempuunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah
Tinggi Hukum.
5. Tanda
hubung (-)
a. Tanda
hubung dapat dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian ungkapan.
Misalnya: Bandingkan:
Mesin-potong tangan
(mesin potong yang digunakan dengan tangan).
Mesin potong-tangan
(mesin khusus untuk memotong tangan).
b. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke dengan angka, (3) angka dengan –an, (d) singkatan huruf kapital
dengan imbuhan atau kata.
1) Tahun
depan akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Jawa Tengah di Semarang.
2) Negara-negara
yang meraih kemerdekaan pada akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an kini tengah
membangun, dan mengisi kemerdekaan.
6. Tanda
pisah (-)
Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun
kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang
berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau
‘sampai’, panjangnya dua ketukan.
a. Pemerintah
Habibie dimulai sejak Mei 1998 – Desember 1999.
b. Bus
Kramatjati jurusan Banjar-Jakarta.
c. (Moeliono,
1980: 15-31)
7. Tanda
petik (“...”)
Tanda petik dipakai
untuk mengapit petikn langsung, judul syair karangan, istilah yang mempunyai
arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
Kata Hasan, “Saya
ikut.”
Sajak “Aku” karangan
Chairil Anwar.
8. Tanda
petik tunggal (‘...’)
Tanda petik tunggal
mengapit terjemahan atau penjelsan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Lailatul Qadar ‘malam
bernilai’
9. Tanda
garis miring (/)
Garis dipakai untuk
menyatakan
a. Atau;
b. Per
yang artinya ‘tiap’;
c. Tahun
akademik atau tahun ajaran;
d. Nomor
rumah setelah nomor jalan;
e. Nomor
surat.
1) Presiden/Wakil
Presiden RI dapat memimpin sidang kabinet.
2) Harga
komputer Rp 5.000.000,00/unit.
3) Ujian
tengah semester ganjil tahun akademik
2016/2017 dilaksanakan pada 24 Oktober 2016.
4) Rumah
profesor itu di jalan Kartanegara I/52.
5) Nomor
059/F.4/PB/X/2016
10. Penyingkat
(apostrof) (‘)
Tanda apostrof (‘)
digunakkan untuk menyingkatt kata. Tanda ini banyak digunakan dalam ragam
sastra.
Misalnya:
‘kan kucari dari akan
kucari.
LATIHAN
1.
rahmatmu,ya Allah
2. seAsia
Tenggara
3. Perang
Dunia ke II
4. dikampungnya,
kesana sini
5. Mahatahu,
maha bijaksana
6. men
PHK karyawan
7. go
public PT Telkom
8. 10
Nopember 1945
9. Jakarta,
5 Pebruari 2016
10. Rp
8000,- perbuah
11. 2
s/d 5 maret 2016
12. majalah
“Gatra”, harian Kompas
13. effisient,
dilegalisir
14. segi
moril dan spirituil
15. kwalitas
dan kwantitas
16. Ahmmad
SH MH
17. D.l.l.,
a/n
18. Al-Qur’an
19. nabi
Muhammad
20. sultan
Hamid II
21. berpikirla
jauh kedepan
22. 5
orang menteri
23. Berdasarkan
Undang-Undang
24. Ia
dilantik menjadi Camat
25. atas
RahmatNya
26. Dimana
engkau tinggal?
27. Dari
pada diam lebih baik bekerja.
28. bus
antar kota
29. mempertanggung-jawabkan
30. model
ultra modern
31. ulang
tahun yang ke sepuluh
32. Buku
A.A Naviis berjudul JODOH
33. Prof.
DR. Djajanegara
34. kunci
Inggris, pisang Ambon
35. Dia
berkata: “saya suka kepadamu”
36. Dimana
rumah pak camat?
37. Saya
ingin menjadi Insinyur Pertanian.
38. Paku
Alam ke-VI
39. Buku
itu disusun oleh Usman d.k.k.
40.
Kecelakaan lalulintas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar