Minggu, 16 Oktober 2016

Pengantar Bisnis 4 FUNGSI MANAJEMEN

PENGANTAR BISNIS
S.T.I.E  MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

OLEH:  R. IRAWAN SUPRIYATNO, S.E, M.Si


BAB -IV

FUNGSI MANAJEMEN






Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan fungsi manajemen Dengan menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami fungsi manajemen, ketrampilan manajer yang dibutuhkan dan bagaimana menjadi manajer yang profesionalisme yang harus dilakukan


1.      Peranan dan Arti Manajemen
Pada dasarnya semua manusia adalah manajer, karena dalam kehidupannya sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta merealisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan (self management). Mahasiswa juga setiap hari selalu melakukan manajemen karena memiliki tujuan belajar, akan selalu melakukan persiapan belajar, mengatur waktu, menata ruang,tempat serta peralatan belajarnya. Dengan kata lain mahasiswa akan melakukan pengaturan dan perencanaan terhadap sumber daya yang dimilikinya untuk meraih tujuan belajranya secara efektif dan efisien.
Efektivitas belajar diukur atau ditunjukkan dari tingginya indeks prestasi, sedangkan efisiensinya dapat dilihat dari banyaknya atau lama waktu studinya maupun dana yang telah dikeluarkannya.

2.      Fungsi dan Proses Manajemen
Fungsi-fungsi Manajemen
Manajemen sering pula dipandang sebagai sebuah proses untuk merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengertian ini merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi yang ada didalam pengertian manajemen. Dalam rangka upaya untuk meraih tujuannya manajer haarus melaksanakan berbagai fungsi antara lain perencanaan, koordinasi, pengorganisasian, pengawasan dsbnya.
Fungsi-fungsi yang terkandung dalam manajemen sbb: 1. Perencanaan;  2. Pengorganisasian;  3 Koordinasi;   4. Pengarahan (directing)  5. Motivasi;  6. Komunikasi;  7. Kepemimpinan;  8. Penanggungan risiko;  9. Pengambilan Keputusan (Desicion making);  10. Pengawasan atau pengendalian dsbnya

3.      Keterampilan Manajemen yang Dibutuhkan
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan dalam suatu organisasi baik organisasi itu kecil, menengah dan terutama organisasi yang sudah besar. Ketiga tingkatan itu adalah manajemen tingkat atas (top manajer), Middle Manajemen dan Lower Manajemen
Seorang manajer yang pada saat ini menduduki jabatan sebagai Lower Manajemen akan selalu berusaha agar secepatnya dapat naik kejenjang manajerialnya yang lebih tinggi, agar keberhasilan itu dapat diraihnya maka haruslah mengetahui bekal yang diperlukan dalam masing-masing tingkatan majerial. Dalam hal ini manajer harus memiliki tiga macam ketrampilan yaitu ketrampilan konseptual, kemanusiaan, teknis
Ketrampilan konseptual, ketrampilan untuk membuat konsep, ide, gagasan demi kemajuan organisasi (conseptual skill) kemudian harus dijabarkan menjadi rencana kegiatan/kerja yang kongkret biasanya disebut sebagai proses perencanaan.
Suatu rencana kerja biasanya dibedakan menjadi rencana jangka panjang dan jangka pendek, sangat tergantung dari ide atau gagasan yang dicetuskannya, ada gagasan yang tinggi, besar dan kompleks, ada pula yang sederhana. Makin sederhana gagasan yang ingin direalisasikannya itu akan semakin pendek jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan ide tsb, sebaliknya semakin besar gagasan yang ingin diciptakan maka semakin panjang waktu yang dibutuhkan. (pembahasan di bab fungsi perencanaan).
Perlu diingat bahwa setiap pelaksanaan manajemen akan selalu berhubungan dengan individu yang lainnya, stiap individu atau manusia baik pada level jabatan manajemen top, middle, lower selalu mempunyai unsur hakiki manusia yaitu cipta, rasa dan karsa sendiri-sendiri, yang merupakan motor penggerak untuk selalu terciptanya gagasan-gagasan baru.
Cipta merupakan unsur pengolahan pikir seorang manusia, proses pembinaan yang berada pada tingkat kognitif, rasa merupakan rasa hati perasaan seorang sering pula menjadi motor penggerak bagi seseorang untuk menciptakan suatu atau merencanakan untuk melakukan kegiatan tertentu, proses pembentukan rasa ini merupakan tahap pembinaan yang kedua yang berada pada ranaht efektif yaitu perasaan.
Unsur yang ketiga dalam pribadi manusia adalah karsa, yang merupakan unsur perilaku perbuatan manusia tsb, perilaku perbuatan itu merupakan perwujudan dari perasaan yang telah timbul sebagai akibat dari faktor lain, misal suasana yang mengancam bisa membuat manusia itu melakukan perbuatan yang sebenarnya tidak seperti yang dikehendaki oleh hati nuraninya. Proses terbentuknya perilaku ini merupakan tahap atau ranah yang ketiga yaitu ranah psikomotorik atau sering pula disebut konatif.
Ketrampilan konsepsional sangat diperlukan bagi manajer pada tingkat-tingkat yang tinggi, semakin tinggi tingkatan manajerial seseorang harus semakin membekali dirinya dengan ketrampilan konsepsional,
Contoh pembaharuan : produk pasta gigi selalu membuat campuran atau adonan baru bagi produknya, pabrik-pabrik mobil tiap tahun selalu memperbaharui bentuk model produknya, komputer hampir setiap tahun keluar inovasi baru bagi produk dsbnya.

Ketrampilan kemanusiaan atau komunikasi
Selain kemampuan konsepsional manajer juga perlu dibekali dengan ketrampilan yang lain yaitu kemampuan atau ketrampilan berkomunikasi yang komunikatif dengan individu/manusia lainnya, hal ini disebut ketrampilan untuk berhubungan dengan orang lain atau ketrampilan kemanusiaan (Human skill), para manajer sering melupakan atau mengabaikan ketrampilan ini, terutama manajer yang baru saja promosi jabatan/pangkatnya, sering kali memperlakukan anak buahnya secara kurang senonoh atau merendahkan anak buahnya yang dulunya adalah teman kerjanya.
Biasanya seseorang seperti itu menjadi lupa diri dan bertingkah gila hormat, apabila terjadi maka komunikasi akan terputus dan informasi yang penting menjadi ketinggalan berakibat negatif bagi organisasi yang dipimpinnya.
Komunikasi yang persuatif adalah suatu jawaban yang baik yang harus selalu diciptakan oleh pimpinan atau manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya, dengan komunikasi persuatif, bersabat dan kebapakan akan membuaat anak buah menjadi merasa dihargai dan kemudahan mereka akan bersikap terbuka kepada atasan, disamping itu keterbukaan akan memungkinkan seseorang berpikir jernih sehingga dapat memacu proses terbentuknya cipta, rasa dan karsa bagi seseorang

Ketrampilan teknis
Ketrampilan yang terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer adalah ketrampilan teknis (tecnical skill), keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Adapun keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu misal memperbaiki mesin, membuat kursi, merangkai bunga dan ketrampilan teknis yang lain. Ketrampilan ini sangat diperlukan bagi manajer pada tingkat rendah. Semakin rendah tingkatan manajerial seseorang maka akan semakin besar tuntutan bekal keterampilan teknis yang harus dikuasai olehnya, hal ini adalah wajar karena pada tingkatan yang lebih rendah tentu saja mereka harus lebih bersifat sebagai pelaksana teknis yang harus menguasai unsur-unsur teknis.

4.      Ciri-ciri Manajer Profesional
Manajer yang profesional adalah manajer yang mampu untuk menciptakan atau membuat kedua belah pihak menjadi senang, bahagia serta bangga. Kesenangan, kebahagiaan dan kebanggaan haruslah diciptakan terhadap kedua belah pihak, baik pihak yang dilayani maupun pihak yang melayanai yaitu manajer itu sendiri. Pihak yang dilayani adalah konsumen atau masyarakat yang menggunakan produk yang ditawarkan kepada mereka. Sedangkan pihak yang melayani kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk yang ditawarkannya itu, apabila kedua belah pihak tsb merasa senang, bahagia serta bangga maka disitulah letak profesionalisme dari seorang manajer dalam menjalankan tugasnya. Ketiga unsure tsb merupakan cirri atau sifat utama dari seorang manajer yang professional yaitu apabila dapat menciptakan suasana SBB yaitu :
    1. Senang (Puas)
    2. Bahagia
    3. Bangga
Sebaliknya manajer yang tidak professional akan menciptakan suasana yang justru bertentangan dengan ketiga suasana tsb diatas didalam menjalankan tugas manajerialnya. Banyak kita jumpaidalam praktik sehari-hari bahwa manajer justru menciptakan suasana yang bukannya membuat kita semua senang akan tetapi justru membuat kita semua kecewa. Sebagai contoh misalnya kita membeli sebuah alat listrik yang baaru dipakai beberapa saat sudah rusak, maka kita akan segera dikecewakan karenanya. Suasana yang lain yang juga sering kita alami bersama yang menunjukkan ketidak professionalan dari manajernya dalah kebalikan dari suasana bahagia akan tetapi justru suasana menderita yang ditimbulkan karena kita menggunakan produk yang kita beli atau kita pakai. Sebagai contoh kalau kita naik sebuah bis kota misalnya, disana kita harus berdesak-desakkan sehingga dalam perjalanan kita akan menderita dan bahkan tidak jarang tempat duduknyapun tidak nyaman untuk diduduki. Lebih lagi banyak pula kita jumpai bahwa kita semua dalam menggunakan produk yang kita beli itu kita justru merasa malu dan bukannya bangga. Tidak jarang kita membeli sebuah pakaiaan yang setelah dipakai beberapa saat sudah luntur yang membuat kita menjadi malu untuk memakainya lagi. Oleh karena itu dapat kita tunjukkan cirri-ciri manajer yang tidak professional adalah yang akan menciptakan suasana di kedua belah pihak baik pihak yang melayani maupun yang dilayani merasakan suasana yang mengecewakan, menyedihkan atau menderita dan memalukan. Kedua cirri tsb dapat ditunjukkan dalam table sbb.:

Professional
Tidak professional
  1. Memuaskan
  2. Membahagiakan
  3. Membanggakan
Mengecewakan
Menyedihkan
Memalukan
  1. Professionalisme yang dirasakan oleh konsumen
Konsumen harus merasa senang karena mereka memperoleh barang atau jasa yang berkualitas baik, dengan harga yang terjangkau. Dengan menyajikan produk yang berkualitas bagus dengan harga yang terjangkau itu maka konsumen akan merasa senang. Sebaliknya apabila produk yang kita tawarkan tsb berkualitas jelek, maka konsumen akan segera merasa sedih dan benci terhadap produk kita atau terhadap perusahaan kita, apabila ternyata produk kita itu baru dipergunakan sebentar saja sudah rusak.
Konsumen dapat merasa bahagia karena mereka merasa dapat menikmati kehidupan yang lebih nyaman karena memiliki atau menikmati produk yang memang dibutuhkannya dan diharapkannya. Dengan dimilikinya produk tsb maka konsumen akan merasa bahwa kehidupan keluarganya menjadi lebih bahagia, sebaliknya jangan sampai kita atau manajer membuat konsumen menjadi kecewa atau jengkel dengan pelayanan kita ataupun dengan produk kita. Banyak contoh dimasyarakat kita yang sering memperoleh pelayanan yang sangat mengecewakan atau menjengkelkan. Misalnya saja sering terjadinya paksaan untuk membeli suatu produk, baik itu berupa kaartu undangan sebuah show yang terpaksa atau dipaksa untuk membeli meskipun masyarakat atau konsumen itu tidak menyukainya. Begitu pula para pedagang kecil asongan yang sering membuat konsumen menjadi risi karena pelayanan yang berlebihan dengan mengacung-acungkan barangnya ke depan muka konsumennya, sambil menyentuh-nentuh badan calon konsumennya. Pelayanan seperti itu akan tidak membuat calon konsumen menjadi bahagia karenanya.
Konsumen juga harus dibuat tidak saja senang dan bahagia akan tetapi harus pula dibuat menjadi bangga dengan produk yang dimilikinya itu. Konsumen harus dibuat bangga apabila mereka itu menggunakan barang atau jasa yang kita tawarkan itu membuat konsumennya merasa direndahkan martabatnya atau harga dirinya, sehngga mereka justru merasa malu apabila dilihat oleh orang lain bahwa dia menggunakan produk kita itu, produk kita harus membuat konsumen merasa akan memperoleh penghargaan atau harga diri yang lebih tinggi dari masyarakat luas. Kebanggaan konsumen pada umumnya akan dapat terjadi apabila perusahaan kita menyajikan produk yang memiliki dua keuanggulan yang biasanya disebut :
1). Hi-Tech (High Technology)
2). Hi-Touch (High Touch)
Hi-Tech berarti menggunakan teknologi canggih, sedangkan Hi-Touch berarti memberikan sentuhan tinggi. Sentuhan tinggi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk misalnya dengan memberikan nilai seni atau aestetika yang tinggi atau memberikan pelayanan yang mampu menyentuh hati nurani manusia yang paling dalam, sehingga mereka akan merasa bangga akan apa yang diperbuatnya karena mereka merasa dapat melakukan perbuatan yang sangat manusiawi

  1. Professionalisme yang dirasakan oleh Manajer dan Karyawan
Manajer atau pengusaha dan karyawan harus menjadi senang karena mereka memperoleh keuntungan terutama keuntungan yang bersifat finansial dari transaksi bisnis yang terjadi. Jangan sampai terjadi bahwa konsumen menjadi senang akan tetapi ternyata transaksi tsb mendatangkan kerugian finansial bagi perusahaan yang dipimpinnya itu. Hal ini tentu saja akan membuat pengusaha atau pemilik perusahaan atau pemegang saham akan merasa sedih karenanya.
Kebahagian para manajer dan karyawan akan muncul karena merasa bahwa mereka semua didalam menjalankan tugasnya itu telah dapat membantu orang lain yaitu konsumen atau masyarakat luas menjadi senang dan bahagia. Apabila kita dapat melakukan perbuatan yang membahagiakan orang lain tentu saja kita akan juga merasa bahagia dan bangga. Sebaliknya apabia orang lain yang kita layani itu ternyata merasa kecewa atau bahkan merasa menderita, maka kita juga akan merasa kecewa pula karenannya.
Kondisi tempat kerja yang bagus, bersih, indah dan nyaman akan membuat para karyawan dan manajer ataupun pemilik perusahaan akan merasa bangga terhadap pekerjaannya serta perusahaan akan merasa bangga terhadap pekerjaannya serta perusahaan dimana mereka bekerja. Sebaliknya tempat kerja yang jelek, kumuh, dan semrawut akan membuat manusia yang berada ditempat itu bahkan manusia yang memandangnyapun akan merasa jijik dan memalukan



DAFTAR PUSTAKA

Indriyo Gitosudarmo, Drs, M.Com, Hons      Pengantar Bisnis, Edisi kedua BPFE Yogyakarta -1996
Murti Sumarni, Dra dan John Soeprihanto, Drs, MIM           Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan,  Liberty Yogyakarta -1987



Tidak ada komentar:

Posting Komentar