PENGANTAR BISNIS
S.T.I.E MUHAMMADIYAH PEKALONGAN
OLEH: R. IRAWAN SUPRIYATNO, S.E, M.Si
BAB -IV
FUNGSI MANAJEMEN
Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan
fungsi manajemen Dengan menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
fungsi manajemen, ketrampilan manajer yang dibutuhkan dan bagaimana menjadi
manajer yang profesionalisme yang harus dilakukan
1. Peranan dan Arti Manajemen
Pada dasarnya semua manusia adalah manajer, karena dalam
kehidupannya sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya
sendiri ataupun keluarganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta
merealisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan (self management). Mahasiswa juga
setiap hari selalu melakukan manajemen karena memiliki tujuan belajar, akan
selalu melakukan persiapan belajar, mengatur waktu, menata ruang,tempat serta
peralatan belajarnya. Dengan kata lain mahasiswa akan melakukan pengaturan dan
perencanaan terhadap sumber daya yang dimilikinya untuk meraih tujuan
belajranya secara efektif dan efisien.
Efektivitas belajar diukur atau ditunjukkan dari tingginya indeks
prestasi, sedangkan efisiensinya dapat dilihat dari banyaknya atau lama waktu
studinya maupun dana yang telah dikeluarkannya.
2. Fungsi dan Proses
Manajemen
Fungsi-fungsi Manajemen
Manajemen sering pula dipandang sebagai sebuah proses untuk
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan dalam
rangka usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengertian ini merupakan
pelaksanaan dari fungsi-fungsi yang ada didalam pengertian manajemen. Dalam
rangka upaya untuk meraih tujuannya manajer haarus melaksanakan berbagai fungsi
antara lain perencanaan, koordinasi, pengorganisasian, pengawasan dsbnya.
Fungsi-fungsi yang terkandung dalam manajemen sbb: 1.
Perencanaan; 2. Pengorganisasian; 3 Koordinasi; 4. Pengarahan (directing) 5. Motivasi;
6. Komunikasi; 7. Kepemimpinan; 8. Penanggungan risiko; 9. Pengambilan Keputusan (Desicion
making); 10. Pengawasan atau
pengendalian dsbnya
3. Keterampilan Manajemen
yang Dibutuhkan
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan dalam suatu organisasi
baik organisasi itu kecil, menengah dan terutama organisasi yang sudah besar.
Ketiga tingkatan itu adalah manajemen tingkat atas (top manajer), Middle
Manajemen dan Lower Manajemen
Seorang manajer yang pada saat ini menduduki jabatan sebagai Lower Manajemen akan selalu berusaha agar secepatnya
dapat naik kejenjang manajerialnya yang lebih tinggi, agar keberhasilan itu
dapat diraihnya maka haruslah mengetahui bekal yang diperlukan dalam
masing-masing tingkatan majerial. Dalam hal ini manajer harus memiliki tiga
macam ketrampilan yaitu ketrampilan konseptual, kemanusiaan, teknis
Ketrampilan konseptual, ketrampilan untuk membuat konsep, ide, gagasan demi kemajuan
organisasi (conseptual skill) kemudian harus dijabarkan menjadi rencana
kegiatan/kerja yang kongkret biasanya disebut sebagai proses perencanaan.
Suatu rencana kerja biasanya dibedakan menjadi rencana jangka
panjang dan jangka pendek, sangat tergantung dari ide atau gagasan yang
dicetuskannya, ada gagasan yang tinggi, besar dan kompleks, ada pula yang
sederhana. Makin sederhana gagasan yang ingin direalisasikannya itu akan
semakin pendek jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan ide tsb,
sebaliknya semakin besar gagasan yang ingin diciptakan maka semakin panjang
waktu yang dibutuhkan. (pembahasan di bab fungsi perencanaan).
Perlu diingat bahwa setiap pelaksanaan manajemen akan selalu
berhubungan dengan individu yang lainnya, stiap individu atau manusia baik pada
level jabatan manajemen top, middle, lower selalu mempunyai unsur hakiki
manusia yaitu cipta, rasa dan karsa sendiri-sendiri, yang merupakan motor
penggerak untuk selalu terciptanya gagasan-gagasan baru.
Cipta merupakan unsur pengolahan pikir seorang manusia, proses
pembinaan yang berada pada tingkat kognitif, rasa merupakan rasa hati perasaan
seorang sering pula menjadi motor penggerak bagi seseorang untuk menciptakan
suatu atau merencanakan untuk melakukan kegiatan tertentu, proses pembentukan
rasa ini merupakan tahap pembinaan yang kedua yang berada pada ranaht efektif
yaitu perasaan.
Unsur yang ketiga dalam pribadi manusia adalah karsa, yang merupakan
unsur perilaku perbuatan manusia tsb, perilaku perbuatan itu merupakan
perwujudan dari perasaan yang telah timbul sebagai akibat dari faktor lain,
misal suasana yang mengancam bisa membuat manusia itu melakukan perbuatan yang
sebenarnya tidak seperti yang dikehendaki oleh hati nuraninya. Proses
terbentuknya perilaku ini merupakan tahap atau ranah yang ketiga yaitu ranah
psikomotorik atau sering pula disebut konatif.
Ketrampilan konsepsional sangat diperlukan bagi manajer pada
tingkat-tingkat yang tinggi, semakin tinggi tingkatan manajerial seseorang
harus semakin membekali dirinya dengan ketrampilan konsepsional,
Contoh pembaharuan : produk pasta gigi selalu membuat campuran atau
adonan baru bagi produknya, pabrik-pabrik mobil tiap tahun selalu memperbaharui
bentuk model produknya, komputer hampir setiap tahun keluar inovasi baru bagi
produk dsbnya.
Ketrampilan kemanusiaan
atau komunikasi
Selain kemampuan konsepsional manajer juga perlu dibekali dengan
ketrampilan yang lain yaitu kemampuan atau ketrampilan berkomunikasi yang
komunikatif dengan individu/manusia lainnya, hal ini disebut ketrampilan untuk
berhubungan dengan orang lain atau ketrampilan kemanusiaan (Human skill), para
manajer sering melupakan atau mengabaikan ketrampilan ini, terutama manajer
yang baru saja promosi jabatan/pangkatnya, sering kali memperlakukan anak
buahnya secara kurang senonoh atau merendahkan anak buahnya yang dulunya adalah
teman kerjanya.
Biasanya seseorang seperti itu menjadi lupa diri dan bertingkah gila
hormat, apabila terjadi maka komunikasi akan terputus dan informasi yang
penting menjadi ketinggalan berakibat negatif bagi organisasi yang dipimpinnya.
Komunikasi yang persuatif adalah suatu jawaban yang baik yang harus
selalu diciptakan oleh pimpinan atau manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya,
dengan komunikasi persuatif, bersabat dan kebapakan akan membuaat anak buah
menjadi merasa dihargai dan kemudahan mereka akan bersikap terbuka kepada
atasan, disamping itu keterbukaan akan memungkinkan seseorang berpikir jernih
sehingga dapat memacu proses terbentuknya cipta, rasa dan karsa bagi seseorang
Ketrampilan teknis
Ketrampilan yang terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer
adalah ketrampilan teknis (tecnical skill), keterampilan ini pada umumnya
merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Adapun
keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan
tertentu misal memperbaiki mesin, membuat kursi, merangkai bunga dan
ketrampilan teknis yang lain. Ketrampilan ini sangat diperlukan bagi manajer
pada tingkat rendah. Semakin rendah tingkatan manajerial seseorang maka akan
semakin besar tuntutan bekal keterampilan teknis yang harus dikuasai olehnya,
hal ini adalah wajar karena pada tingkatan yang lebih rendah tentu saja mereka
harus lebih bersifat sebagai pelaksana teknis yang harus menguasai unsur-unsur
teknis.
4. Ciri-ciri Manajer
Profesional
Manajer yang profesional adalah manajer yang mampu untuk menciptakan
atau membuat kedua belah pihak menjadi senang, bahagia serta bangga. Kesenangan,
kebahagiaan dan kebanggaan haruslah diciptakan terhadap kedua belah pihak, baik
pihak yang dilayani maupun pihak yang melayanai yaitu manajer itu sendiri.
Pihak yang dilayani adalah konsumen atau masyarakat yang menggunakan produk
yang ditawarkan kepada mereka. Sedangkan pihak yang melayani kebutuhan
masyarakat terhadap suatu produk yang ditawarkannya itu, apabila kedua belah pihak
tsb merasa senang, bahagia serta bangga maka disitulah letak profesionalisme
dari seorang manajer dalam menjalankan tugasnya. Ketiga unsure tsb merupakan
cirri atau sifat utama dari seorang manajer yang professional yaitu apabila
dapat menciptakan suasana SBB yaitu :
- Senang (Puas)
- Bahagia
- Bangga
Sebaliknya manajer yang tidak professional akan menciptakan suasana
yang justru bertentangan dengan ketiga suasana tsb diatas didalam menjalankan
tugas manajerialnya. Banyak kita jumpaidalam praktik sehari-hari bahwa manajer
justru menciptakan suasana yang bukannya membuat kita semua senang akan tetapi
justru membuat kita semua kecewa. Sebagai contoh misalnya kita membeli sebuah
alat listrik yang baaru dipakai beberapa saat sudah rusak, maka kita akan
segera dikecewakan karenanya. Suasana yang lain yang juga sering kita alami bersama
yang menunjukkan ketidak professionalan dari manajernya dalah kebalikan dari
suasana bahagia akan tetapi justru suasana menderita yang ditimbulkan karena
kita menggunakan produk yang kita beli atau kita pakai. Sebagai contoh kalau
kita naik sebuah bis kota
misalnya, disana kita harus berdesak-desakkan sehingga dalam perjalanan kita
akan menderita dan bahkan tidak jarang tempat duduknyapun tidak nyaman untuk
diduduki. Lebih lagi banyak pula kita jumpai bahwa kita semua dalam menggunakan
produk yang kita beli itu kita justru merasa malu dan bukannya bangga. Tidak
jarang kita membeli sebuah pakaiaan yang setelah dipakai beberapa saat sudah
luntur yang membuat kita menjadi malu untuk memakainya lagi. Oleh karena itu
dapat kita tunjukkan cirri-ciri manajer yang tidak professional adalah yang
akan menciptakan suasana di kedua belah pihak baik pihak yang melayani maupun
yang dilayani merasakan suasana yang mengecewakan, menyedihkan atau menderita
dan memalukan. Kedua cirri tsb dapat ditunjukkan dalam table sbb.:
Professional
|
Tidak
professional
|
|
Mengecewakan
Menyedihkan
Memalukan
|
- Professionalisme yang dirasakan
oleh konsumen
Konsumen harus merasa senang karena mereka
memperoleh barang atau jasa yang berkualitas baik, dengan harga yang terjangkau.
Dengan menyajikan produk yang berkualitas bagus dengan harga yang terjangkau
itu maka konsumen akan merasa senang. Sebaliknya apabila produk yang kita
tawarkan tsb berkualitas jelek, maka konsumen akan segera merasa sedih dan
benci terhadap produk kita atau terhadap perusahaan kita, apabila ternyata
produk kita itu baru dipergunakan sebentar saja sudah rusak.
Konsumen dapat merasa bahagia karena mereka merasa
dapat menikmati kehidupan yang lebih nyaman karena memiliki atau menikmati
produk yang memang dibutuhkannya dan diharapkannya. Dengan dimilikinya produk
tsb maka konsumen akan merasa bahwa kehidupan keluarganya menjadi lebih
bahagia, sebaliknya jangan sampai kita atau manajer membuat konsumen menjadi
kecewa atau jengkel dengan pelayanan kita ataupun dengan produk kita. Banyak
contoh dimasyarakat kita yang sering memperoleh pelayanan yang sangat
mengecewakan atau menjengkelkan. Misalnya saja sering terjadinya paksaan untuk
membeli suatu produk, baik itu berupa kaartu undangan sebuah show yang terpaksa
atau dipaksa untuk membeli meskipun masyarakat atau konsumen itu tidak
menyukainya. Begitu pula para pedagang kecil asongan yang sering membuat
konsumen menjadi risi karena pelayanan yang berlebihan dengan
mengacung-acungkan barangnya ke depan muka konsumennya, sambil menyentuh-nentuh
badan calon konsumennya. Pelayanan seperti itu akan tidak membuat calon
konsumen menjadi bahagia karenanya.
Konsumen juga harus dibuat tidak saja senang dan
bahagia akan tetapi harus pula dibuat menjadi bangga dengan produk yang
dimilikinya itu. Konsumen harus dibuat bangga apabila mereka itu menggunakan
barang atau jasa yang kita tawarkan itu membuat konsumennya merasa direndahkan
martabatnya atau harga dirinya, sehngga mereka justru merasa malu apabila
dilihat oleh orang lain bahwa dia menggunakan produk kita itu, produk kita
harus membuat konsumen merasa akan memperoleh penghargaan atau harga diri yang
lebih tinggi dari masyarakat luas. Kebanggaan konsumen pada umumnya akan dapat
terjadi apabila perusahaan kita menyajikan produk yang memiliki dua keuanggulan
yang biasanya disebut :
1). Hi-Tech (High Technology)
2). Hi-Touch (High Touch)
Hi-Tech berarti menggunakan teknologi canggih, sedangkan Hi-Touch
berarti memberikan sentuhan tinggi. Sentuhan tinggi dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk misalnya dengan memberikan nilai seni atau aestetika yang
tinggi atau memberikan pelayanan yang mampu menyentuh hati nurani manusia yang
paling dalam, sehingga mereka akan merasa bangga akan apa yang diperbuatnya
karena mereka merasa dapat melakukan perbuatan yang sangat manusiawi
- Professionalisme
yang dirasakan oleh Manajer dan Karyawan
Manajer atau pengusaha dan karyawan harus menjadi
senang karena mereka memperoleh keuntungan terutama keuntungan yang bersifat
finansial dari transaksi bisnis yang terjadi. Jangan sampai terjadi bahwa
konsumen menjadi senang akan tetapi ternyata transaksi tsb mendatangkan
kerugian finansial bagi perusahaan yang dipimpinnya itu. Hal ini tentu saja
akan membuat pengusaha atau pemilik perusahaan atau pemegang saham akan merasa
sedih karenanya.
Kebahagian para manajer dan karyawan akan muncul
karena merasa bahwa mereka semua didalam menjalankan tugasnya itu telah dapat
membantu orang lain yaitu konsumen atau masyarakat luas menjadi senang dan
bahagia. Apabila kita dapat melakukan perbuatan yang membahagiakan orang lain
tentu saja kita akan juga merasa bahagia dan bangga. Sebaliknya apabia orang
lain yang kita layani itu ternyata merasa kecewa atau bahkan merasa menderita,
maka kita juga akan merasa kecewa pula karenannya.
Kondisi tempat kerja yang bagus, bersih, indah dan
nyaman akan membuat para karyawan dan manajer ataupun pemilik perusahaan akan
merasa bangga terhadap pekerjaannya serta perusahaan akan merasa bangga
terhadap pekerjaannya serta perusahaan dimana mereka bekerja. Sebaliknya tempat
kerja yang jelek, kumuh, dan semrawut akan membuat manusia yang berada ditempat
itu bahkan manusia yang memandangnyapun akan merasa jijik dan memalukan
DAFTAR PUSTAKA
Indriyo Gitosudarmo, Drs,
M.Com, Hons Pengantar Bisnis, Edisi kedua BPFE Yogyakarta -1996
Murti Sumarni, Dra dan John
Soeprihanto, Drs, MIM Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan, Liberty Yogyakarta -1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar