Minggu, 16 Oktober 2016

Pengantar Bisnis 6 TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS

PENGANTAR BISNIS
S.T.I.E  MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

OLEH:  R. IRAWAN SUPRIYATNO, S.E, M.Si


BAB -VI

TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS





Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan tanggung jawab sosial suatu bisnis Dengan menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan memahami etika bisnis dan tanggung jawab sosial suatu bisnis terhadap lingkungan yang harus dilakukan


1.      Benturan Dengan Kepentingan Masyarakat
Memproduksi barang/jasa untuk disajikannya kepada masyarakat atau konsumen, tidaklah jarang terjadi adanya konflik kepentingan antara kepentingan masyarakat umum dengan kepentingan perusahaan. Benturan kepentingan tsb, banyak terjadi baik terhadap perusahaan besar, menengah ataupun perusahaan kecil. Bentrokan kepentingan ini sering terjadi terutama dalam hal ditimbulkannya polusi oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Polusi ini dapat berupa polusi udara, air limbah, suara dan bahkan polusi mental kejiwaan.
contoh larangan pemerintah terhadap penyiaran iklan di TVRI sejak tahun 1980 an, tindakan pemerintah ini merupakan penyelesaian konflik yang terjadi antara bisnisman yang ingin menayangkan iklannya lewat TV dengan kepentingan mental kejiwaan masyarakat yang merasa sangat terganggu oleh siaran iklan di TVRI yang sangat mendorong pada konsumen serta pengguna obat-obatan yang kurang tepat dsbnya. Tanggung jawab sosial suatu bisnis juga tercermin dari dituntutnya ganti rugi yang cukup besar oleh masyarakat sekitar pabrik yang menjadi korban atas meledaknya tanki nuklir dari suatu pabrik Gas Union Carbite di Bopal, india tahun 1986. Kemudian anjuran presiden th. 1990 kepada konglomerat Indonesia yang telah menikmati lebih banyak hasil-hasil pembangunan untuk membagikan sebagian sahamnya kepada koperasi, adalah merupakan pencerminan dari penjabaran tanggung jawab sosial suatu bisnis, dari uraian tanggung jawab sosial suatu bisnis dewasa ini menjadi suatu topik yang cukup menonjol. Bisnisman dituntut untuk lebih banyak memperhatikan aspek-aspek sosial dan menerapkan etika bisnis secara jujur. Konflik selalu muncul yang kadang kala sulit untuk menyelesaikannya, apabila konflik tsb mecapai jalan buntu atau tidak teratasi maka biasanya masyarakat akan menggunakan tangan pemerintah sebagai penengahnya. Hal hak itulah yang melatar belakangi adanya ketentuan pemerintah untuk mewajibkan kepada pengusaha yang mendirikan pabriknya harus mendapatkan izin HO (Hinder Ordonansie) agar dapat dicegah adanya konflik tsb dikemudian hari.
Disamping itu Bisnisman juga harus memperhatikan masalah menyusutnya sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, batu kapur, semen dsbnya, selain itu sumber daya alam harus dijaga jangan sampai punah, contoh adalah hutan, unggas maupun satwa serta ikan laut dsbnya.

2.      Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab
Pelaksanaan tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan menuntut diperlakukannya etika bisnis, perusahaan yang tidak memperhatikan kepentingan umum dan kemudian menimbulkan gangguan lingkungan akan dianggap sebagai bisnis yang tidak etis. Dorongan pelaksanaan etika bisnis itu pada umumnya datang dari luar yaitu dari lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan karena pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu bisnis tidak lepas dari beban biaya  yang kadang-kadang cukup besar jumlahnya. Dengan demikian maka secara intern pelaksanaannya akan terbentur pada pertimbangan untung rugi yang pada umumnya mendominir dan menjadi ciri dari suatu bisnis.
Dorongan tidak saja datang dari luar, akan tetapi sering pula muncul dari dalam bisnis itu sendiri, hal ini disebabkan karena bisnisman, karyawannya adalah juga manusia yang lengkap dengan rasa, karsa dan karya. Oleh karena itu mereka juga sering terdorong rasa kemanusiaannya untuk menerapkan etika bisnis yang baik secara jujur, contoh adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen terbuka (Open management), Hubungan Industrial Pancasila, Pengendalian Mutu Terpadu dengan Gusus Kendali Mutunya yang merupakan penerapan manajemen yang merupakan penerapan manajemen yang berorientasi hubungan kemanusiaan

3.      Dorongan Tanggung jawab Sosial
Problem-problem sosial seperti kebersihan kota, kesehatan lingkungan, ketertiban masyarakat, pelestarian lingkungan alam dsbnya, mendorong para bisnisman untuk melakukan kegiatan bisnisnya sering dengan terciptanya kondisi tsb, adapun masalah-masalah sosial yang mendorong suatu bisnis melaksanakan tanggung jawab sosialnya dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu :
a)      Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
Pada umumnya kegiatan-kegiatan intern yang terjadi didalam perusahaan menimbulkan bentuk-bentuk kedinasan yang sangat kaku, keras, birokratik dan otoriter. Prosedur administrasi yang panjang dan berbelit-belit serta jenjang wewenang/tanggung jawab dalam struktur organisasi seringkali menimbulkan tekanan bathin bagi para pelaksana maupun pihak-pihak lain yang berhubungan dengan bisnis, tidak jarang bawahan menjadi takut untuk mengemukakan pendapatnya kepada atasan, pegawai administrasi menjadi takut berbincang-bincang dengan direkturnya dsbnya, hal ini karena pada umumnya hubungan-hubungan dilaksanakan melalui surat-surat dinas, kartu dinas, kartu kerja, memo dinas, nota-nota dinas dsbnya, dan prosedur administrasi yang sangat panjang apalagi otoriter. Hubungan kemanusiaan lalu menjadi kaku dan terbentuklah suasana yang dalam bahasa jawa “ sopo siro sopo ingsun” yang artinya siapa kamu siapa saya, hubungan ini menimbulkan suasana hubungan kerja yang kurang manusiawi diantara mereka dalam perusahaan itu sendiri. Bisa terjadi pula dengan pihak luar dapat berupa langganan ataupun masyarakat yang tidak berhubungan dengan perusahaan itu. Tidak jarang kita membeli barang yang jelek (susu kotak yang sudah busuk) disebuah koto misalnya, ketika dibuka dan dirasakan/dicicipi dulu sebelum diberikan kepada anak ternyata memang busuk, maka minta untuk ditukar dengan yang baru. Apa yang terjadi justru dipersalahkan mengapa membeli susu yang busuk, tentu saja terjadi ketegangan urat terutama dengan istri terhadap penjaga toko itu, akan tetapi segera disadari bahwa penjaga toko juga bukan pemilik toko, dia hanya menjalankan tugasnya maka lebih baik mengalah saja.
Kasus lain juga sering kita alami bersama dimana kita mendapatkan pelayanan yang kasar dan menjengkelkan dari seorang petugas jaga telepon yang dengan nada membentak menjawab permohonan pihak luar untuk minta disambungkan dengan pesawat tertentu dari perusahaan/kantor tsb, nada suara semacam itu akan terasa tidak etis dan kurang sopan ditelinga, konflik kepentingan juga terjadi antara perusahaan penerbit dengan perusahaan penyalur buku-buku, penyalur sering marah-marah terhadap penerbit yang sering mengganti warna dan bentuk sampul buku yang diterbitkan tanpa memberitahukan hal itu kepada penyalurnya, tentu saja keadaan itu mengakibatkan buku-buku dengan sampul lama menjadi tidak laku yang pada saat itu masih berada dalam stok para penyalur, protes keras lalu dilakukan oleh penyalur kepada penerbit. Sebaliknya penerbit juga sering dirugikan oleh para penyalur karena penyalur tidak menghendaki rencana penerbit untuk melayani sendiri tanpa lewat penyalur pembelian-pembelian dalam jumlah besar dari toko-toko buku yang ingin menjadi grosir. Keadaan tsb menuntut diberlakukannya Manajemen Orientasi Kemanusiaan (Manajemen OK)

Manfaat Penerapan manajemen Orientasi Kemanusiaan
Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan (Manajemen OK) akan menimbulkan hubungan yang serasi selaras dan seimbang diantara para petugas atau karyawan dalam perusahaan tsb, maupun antara perusahaan dengan pihak lain diluar perusahaan.
Adapun secara terinci manfaat tsb, dapat berupa
a.       Moral kerja karyawan akan meningkat dan kemudian mendorong semangat kerja sehingga produktifitas kerja pun akan meningkat pula
b.      Partisipasi bawahan akan muncul dan menimbulkan rasa memiliki dari para bawahan sehingga tercipta manajemen partisipatif
c.       Hubungan kerja yang baik dan menyenangkan akan membawa kenyamanan kerja sehingga absensi karyawan akan berkurang
d.      Rasa percaya diri dari para karyawan juga akan terbentuk dan hal ini akan mempertinggi mutu/kuslitsd produksinya
e.       Kepercayaan masyarakat dan konsumen akan meningkat, kepercayaan konsumen akan dicerminkan dalam bentuk “Brand Loyalty” atau istilah lain memperoleh “patronage motive” dari para pembelinya, yaitu citra atau nama baik yang diberikan oleh konsumen kepada produsen

b)     Ekologi dan gerakan pelestarian lingkungan
Kegiatan bisnis seringkali menimbulkan ganguan ekologi, hutan-hutan banyak yang ditebang untuk industri perkayuan, tanah menjadi gundul yang banyak menimbulkan bencana banjir, ular juga banyak diburu untuk industri kulit sehingga tikus menjadi meraja lela yang kemudian mengganggu lahan pertanian, burung-burung juga banyak ditangkapi sehingga ulat serta belalang menjadi kehilangan predatornya lalu berkembang pesat populasinya yang akhirnya mengganggu tanaman pertanian maupun perkebunan yang sulit diberantas, penangkapan ikan sering dilakukan dengan menggunakan racun atau bahkan sengatan listrik, hal ini dimaksudkan agar efektif dan hasil tangkapannya banyak. Dengan cara itu memang ikan yang diperoleh sangat banyak, akan tetapi hasil tersebut hanyalah sementara itu saja, karena seluruh ikan, anak-anak ikan yang masih kecil bahkan telurnya pun ikut terbunuh, dengan demikian hari-hari berikutnya akan tidak dapat panen ikan lagi. Praktik-praktek bisnis semacam ini pada saat ini sudah sangat jauh berkurang berkat adanya penyuluhan serta gerakan pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.
Disamping masalah ekologi banyak pula menyangkut masalah polusi. Pabrik sering membuang limbah industrinya yang sangat mengganggu masyarakat sekitarnya, polusi dapat meliputi polisi udara, air, maupun suara.
Penggunaan bungkus plastik nampaknya juga menimbulkan masalah kesuburan tanah karena plastik tidak mudah hancur didalam tanah sehingga dapat menimbulkan gangguan kesuburan tanah

c)      Penghematan energi
Energi yang berasal dari sumber daya alam telah banyak terkuras oleh kegiatan bisnis seperti misalnya batu bara, minyak bumi dan gas, dimana energi macam itu tergolong energi yang tidak dapat direproduksikan lagi. Maka pemikiran penghematan penggunaan energi perlu segera digiatkan, berbagai cara harus dilakukan untuk penghematannya, disamping itu harus diupayakan agar segera diciptakan penggantinya. Misalnya dengan pembangunan energi tenaga surya serta tenaga nuklir yang tidak pernah akan habis. Pemanfaatan energi air, angin serta laut yang perlu ditingkatkan penggunaannya, sebab energi ini merupakan energi yang abadi.

d)     Gerakan Konsumerisme
Dewasa ini muncul gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan hak-hak konsumen untuk mendapatkan perlindungan terhadap pelayanan bisnis yang sering merugikan kepentingan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

4.      Etika Bisnis
Merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis, seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Meliputi beberapa hal antara lain:
a.       Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara baik, adapun pergaulannya dengan pelanggan dapat disebutkan misalnya:
1)      Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya
2)      Bungkus ataupun kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya, sehingga produsen perlu memberikan kejelasan tentang isi serta kandungan atau zat-zat yang terdapat diproduk itu
3)      Promosi terutama iklan merupakan gangguan etis yang paling utama
4)      Pemberian service dan nterutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tsb kepada pembelinya
b.      Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya seringkali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya, pergaulan bisnis dengan karyawan ini menyangkut beberapa hal yaitu:
1)      Penerimaan karyawan (rekruitmen), harus dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan, seringkali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri
2)      Pelatihan (trainning)
3)      Promosi atau kenaikan pangkat, manajer yang mencoba menaikkan pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tsb mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua.
4)      Tranfer demosi (penurunan pangkat)
5)      Lay-off atau Pemecatan PHK, ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para manajer, karena menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga masalah kemanusiaan, karyawan yang diPHK akan kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama keluarganya
c.       Hubungan antar Bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, bisa terjadi hubungan perusahaan dengan pesaingnya, penyalurnya, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar keduanya, dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik, contoh penerbit buku yang ingin menyalurkan buku-bukunya kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur, rencana ini menjadi kandas kaarena mendapat protes keras dari para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tsb akan sangat merugikan para penyalur, sedangkan omzet dari para penyalur sendiri dalam beberapa tahuntidak meningkat, contoh lain adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan di antara bisnismen dsnya

d.      Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go public” haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada investornya, informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru (perlu mendapat perhatian yang serius). Di Indonesia mengalami lonjakan kegiatan pasar modal, banyak permintaan dari pengusaha yang ingin jadi emiten yang akan menjual sahamnya (meng-emisi sahamnya) kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang di emisi oleh perusahaan di pasar modal, oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahaan yang go public tsb, janganlah sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi. Dalam hal ini peranan pemerintah serta perusahaan penjamin emisi (pialang) adalah sangat penting dalam hal memberikan informasi serta prospektus dari perusahaan yang menjual sahamnya di pasar bursa saham tsb. Tangan Pemerintah Republik Indonesia yang bergerak dalam hal ini BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) merupakan badan yang berada langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan yang bertugas untuk:
1)      Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjual sahamnya melalui pasar modal (go public) tugas ini merupakan upaya untuk menilai aapakah perusahaan tsb, telah memenuhi persyaratan yang ditentukan serta layak dan sehat untuk go public
2)      Menyelenggarakan bursa pasar modal secara efektif dan efisien, serta menyusun dan mengumumkan perkembangan kurs efek-efek dipasar bursa
3)      Secara terus-menerus memantau perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public
e.       Hubungan dengan Lembaga-lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat final, hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan Laporan Keuangan yang berupa Neraca dan Laporan Rugi dan Laba misalnya, laporan finansial haruslah disusun dengan secara baik dan benar sehingga terjadi kecenderungan kearah penggelapan pajak misalnya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik tentu saja.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan dan pelaksanaan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi, sosial budaya, pemerintah maupun masyarakat internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan merupakan praktek bisnis yang tidak etis. Penerapan etika bisnis ini merupakan penerapan dari konsep “ Stake-Holder”  sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock-Holder”.  Pengusaha yang menerapkan konsep Stock-Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan para pemegang saham (Stock-Holder) saja, dimana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentingan nya yaitu pengahasilan yang tinggi baginya yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga saham di bursa, dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya kurs saham akan merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan atau tuntutan dari para pemegang saham itu sering kali mengabaikan kepentingan-kepentingan pihak lain yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis.
Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak saja para pemegang saham akan tetapi masih banyak antara lain:  Pekerja/karyawan, Konsumen, Kreditor, Lembaga-lembaga keuangan, Pemerintah
Pengusaha yang menjalankan bisnisnya dengan mengingat atau memperhatikan kepentingan pihak-pihak terkait dalam kegiatan bisnis yang tidak saja hanya mementingkan kepentingan pemegang saham saja merupakan pengusaha yang menerapkan konsep baru yang dikenal sebagai konsep “Stake-Holder

5.      Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial suatu bisnis
Bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis adalah merupakan penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis, dengan semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis maka berarti akan semakin meningkat pelaksanaan praktek bisnis dalam masyarakat, banyak kita lihat atau kita alami praktek bisnis yang kurang etis misalnya banyak produk yang sudah tidak layak dijual akan tetapi masih diperjual belikan di toko-toko, makanan yang mengandung zat kimia yang membahayakan kesehatan masyarakat konsumen masih dijual dimana-mana. Bahkan belum lupa dari ingatan suatu perusahaan yang menjual produk yang kita kenal dalam kasus”Biskuit Beracun” disamping itu banyak dilakukan adanya PHK bagi para karyawan tanpa memperoleh uang pesangon yang wajar
Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang dapat atau telah dilakukan oleh beberapa pengusaha khusus di Indonesia
  1. Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Banyak pengusaha yang telah menyusun dan melaksanakan hubungan industrial Pancasila ini dalam bentuk yang sering dikenal sebagai Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), kewajiban karyawan tentu sudah jelas dan hak-hak karyawan meliputi hak atas gaji, kesejahteraan baik moril maupun materiil, misalnya hak cuti hamil, rekreasi, premi kerja lembur, bonus, tunjangan THR, pakaian kerja, tunjungan kesehatan serta hak untuk mengembangkan bakat serta kehidupan agama dan kerohaniannya
  1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Banyak Pengusaha yang telah melakukan amdal dalam melaksanakan bisnisnya, wujud nyata dari amdal tercermin dalam pelaksanaan pengolahan limbah industri, sehingga limbah menjadi tidak mengganggu lingkungan. Dalam hal ini masih banyak pula pengusaha yang belum menyadari akan tanggung jawabnya terhadap pengolahan limbah industrinya
  1. Penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan prinsip K3 telah banyak dilaksanakan pula pengusaha, guna menjalankan praktek K3 tentu memerlukan pekerjaannya baik berupa topi pengaman, masker maupun pakaian kerja khusus dsbnya
  1. Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Pelaksanaan program pemerintah yang berupa PIR dimana perkebunan besar yang biasanya adalah milik negara merupakan intinya yang akan menjadi motor penggerak pembangunan perkebunan rakyat disekitarnya yang merupakan plasma, perkebunan rakyat akan mendukung kelancaran pemasokkan bahan baku
  1. System Bapak Angkat- Anak Angkat
Pelaksanaan sistem ini juga banyak membantu kelancaran proses pembangunan bangsa serta keterkaitan industri maupun keterkaitan kepentingan masyarakat banyak. Praktek ini tidak mudah untuk dilaksanakan karena diperlukan kesadaran yang tinggi dari pengusaha besar yang harus bersedia untuk membantu perkembangan bagi pengusaha kecil yang seringkali banyak menimbulkan persoalan bagi pengusaha besar yang menjadi bapak angkat.




DAFTAR PUSTAKA

Indriyo Gitosudarmo, Drs, M.Com, Hons      Pengantar Bisnis, Edisi kedua BPFE Yogyakarta -1996
Murti Sumarni, Dra dan John Soeprihanto, Drs, MIM           Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan,  Liberty Yogyakarta -1987



Tidak ada komentar:

Posting Komentar