PENGANTAR
BISNIS
S.T.I.E MUHAMMADIYAH PEKALONGAN
OLEH: R.
IRAWAN SUPRIYATNO, S.E, M.Si
BAB
-VI
TANGGUNG
JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS
Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan tanggung jawab sosial
suatu bisnis Dengan menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan memahami etika
bisnis dan tanggung jawab sosial suatu bisnis terhadap lingkungan yang harus
dilakukan
1. Benturan Dengan
Kepentingan Masyarakat
Memproduksi barang/jasa untuk disajikannya kepada masyarakat atau
konsumen, tidaklah jarang terjadi adanya konflik kepentingan antara kepentingan
masyarakat umum dengan kepentingan perusahaan. Benturan kepentingan tsb, banyak
terjadi baik terhadap perusahaan besar, menengah ataupun perusahaan kecil.
Bentrokan kepentingan ini sering terjadi terutama dalam hal ditimbulkannya
polusi oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Polusi ini dapat berupa
polusi udara, air limbah, suara dan bahkan polusi mental kejiwaan.
contoh larangan pemerintah terhadap penyiaran iklan di TVRI sejak
tahun 1980 an, tindakan pemerintah ini merupakan penyelesaian konflik yang
terjadi antara bisnisman yang ingin menayangkan iklannya lewat TV dengan
kepentingan mental kejiwaan masyarakat yang merasa sangat terganggu oleh siaran
iklan di TVRI yang sangat mendorong pada konsumen serta pengguna obat-obatan
yang kurang tepat dsbnya. Tanggung jawab sosial suatu bisnis juga tercermin
dari dituntutnya ganti rugi yang cukup besar oleh masyarakat sekitar pabrik
yang menjadi korban atas meledaknya tanki nuklir dari suatu pabrik Gas Union
Carbite di Bopal, india
tahun 1986. Kemudian anjuran presiden th. 1990 kepada konglomerat Indonesia
yang telah menikmati lebih banyak hasil-hasil pembangunan untuk membagikan
sebagian sahamnya kepada koperasi, adalah merupakan pencerminan dari penjabaran
tanggung jawab sosial suatu bisnis, dari uraian tanggung jawab sosial suatu
bisnis dewasa ini menjadi suatu topik yang cukup menonjol. Bisnisman dituntut
untuk lebih banyak memperhatikan aspek-aspek sosial dan menerapkan etika bisnis
secara jujur. Konflik selalu muncul yang kadang kala sulit untuk
menyelesaikannya, apabila konflik tsb mecapai jalan buntu atau tidak teratasi
maka biasanya masyarakat akan menggunakan tangan pemerintah sebagai
penengahnya. Hal hak itulah yang melatar belakangi adanya ketentuan pemerintah
untuk mewajibkan kepada pengusaha yang mendirikan pabriknya harus mendapatkan
izin HO (Hinder Ordonansie) agar
dapat dicegah adanya konflik tsb dikemudian hari.
Disamping itu Bisnisman juga harus memperhatikan masalah menyusutnya
sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi,
gas alam, batu bara, batu kapur, semen dsbnya, selain itu sumber daya alam
harus dijaga jangan sampai punah, contoh adalah hutan, unggas maupun satwa
serta ikan laut dsbnya.
2. Klasifikasi Aspek
Pendorong Tanggung Jawab
Pelaksanaan tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan oleh suatu
perusahaan menuntut diperlakukannya etika bisnis, perusahaan yang tidak
memperhatikan kepentingan umum dan kemudian menimbulkan gangguan lingkungan
akan dianggap sebagai bisnis yang tidak etis. Dorongan pelaksanaan etika bisnis
itu pada umumnya datang dari luar yaitu dari lingkungan masyarakat, hal ini
disebabkan karena pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu bisnis tidak
lepas dari beban biaya yang
kadang-kadang cukup besar jumlahnya. Dengan demikian maka secara intern
pelaksanaannya akan terbentur pada pertimbangan untung rugi yang pada umumnya
mendominir dan menjadi ciri dari suatu bisnis.
Dorongan tidak saja datang dari luar, akan tetapi sering pula muncul
dari dalam bisnis itu sendiri, hal ini disebabkan karena bisnisman, karyawannya
adalah juga manusia yang lengkap dengan rasa, karsa dan karya. Oleh karena itu
mereka juga sering terdorong rasa kemanusiaannya untuk menerapkan etika bisnis
yang baik secara jujur, contoh adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen
terbuka (Open management), Hubungan Industrial Pancasila, Pengendalian Mutu
Terpadu dengan Gusus Kendali Mutunya yang merupakan penerapan manajemen yang merupakan
penerapan manajemen yang berorientasi hubungan kemanusiaan
3. Dorongan Tanggung jawab
Sosial
Problem-problem sosial seperti kebersihan kota, kesehatan
lingkungan, ketertiban masyarakat, pelestarian lingkungan alam dsbnya,
mendorong para bisnisman untuk melakukan kegiatan bisnisnya sering dengan
terciptanya kondisi tsb, adapun masalah-masalah sosial yang mendorong suatu
bisnis melaksanakan tanggung jawab sosialnya dapat diklasifikasikan menjadi 4
macam yaitu :
a) Penerapan Manajemen
Orientasi Kemanusiaan
Pada umumnya kegiatan-kegiatan intern yang terjadi didalam
perusahaan menimbulkan bentuk-bentuk kedinasan yang sangat kaku, keras,
birokratik dan otoriter. Prosedur administrasi yang panjang dan berbelit-belit
serta jenjang wewenang/tanggung jawab dalam struktur organisasi seringkali
menimbulkan tekanan bathin bagi para pelaksana maupun pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan bisnis, tidak jarang bawahan menjadi takut untuk
mengemukakan pendapatnya kepada atasan, pegawai administrasi menjadi takut
berbincang-bincang dengan direkturnya dsbnya, hal ini karena pada umumnya
hubungan-hubungan dilaksanakan melalui surat-surat dinas, kartu dinas, kartu
kerja, memo dinas, nota-nota dinas dsbnya, dan prosedur administrasi yang
sangat panjang apalagi otoriter. Hubungan kemanusiaan lalu menjadi kaku dan
terbentuklah suasana yang dalam bahasa jawa “ sopo siro sopo ingsun” yang
artinya siapa kamu siapa saya, hubungan ini menimbulkan suasana hubungan kerja
yang kurang manusiawi diantara mereka dalam perusahaan itu sendiri. Bisa
terjadi pula dengan pihak luar dapat berupa langganan ataupun masyarakat yang
tidak berhubungan dengan perusahaan itu. Tidak jarang kita membeli barang yang
jelek (susu kotak yang sudah busuk) disebuah koto misalnya, ketika dibuka dan
dirasakan/dicicipi dulu sebelum diberikan kepada anak ternyata memang busuk,
maka minta untuk ditukar dengan yang baru. Apa yang terjadi justru
dipersalahkan mengapa membeli susu yang busuk, tentu saja terjadi ketegangan
urat terutama dengan istri terhadap penjaga toko itu, akan tetapi segera
disadari bahwa penjaga toko juga bukan pemilik toko, dia hanya menjalankan
tugasnya maka lebih baik mengalah saja.
Kasus lain juga sering kita alami bersama dimana kita mendapatkan
pelayanan yang kasar dan menjengkelkan dari seorang petugas jaga telepon yang
dengan nada membentak menjawab permohonan pihak luar untuk minta disambungkan
dengan pesawat tertentu dari perusahaan/kantor tsb, nada suara semacam itu akan
terasa tidak etis dan kurang sopan ditelinga, konflik kepentingan juga terjadi
antara perusahaan penerbit dengan perusahaan penyalur buku-buku, penyalur
sering marah-marah terhadap penerbit yang sering mengganti warna dan bentuk
sampul buku yang diterbitkan tanpa memberitahukan hal itu kepada penyalurnya,
tentu saja keadaan itu mengakibatkan buku-buku dengan sampul lama menjadi tidak
laku yang pada saat itu masih berada dalam stok para penyalur, protes keras
lalu dilakukan oleh penyalur kepada penerbit. Sebaliknya penerbit juga sering
dirugikan oleh para penyalur karena penyalur tidak menghendaki rencana penerbit
untuk melayani sendiri tanpa lewat penyalur pembelian-pembelian dalam jumlah
besar dari toko-toko buku yang ingin menjadi grosir. Keadaan tsb menuntut diberlakukannya Manajemen
Orientasi Kemanusiaan (Manajemen OK)
Manfaat Penerapan manajemen Orientasi Kemanusiaan
Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
(Manajemen OK) akan menimbulkan hubungan yang serasi selaras dan seimbang
diantara para petugas atau karyawan dalam perusahaan tsb, maupun antara
perusahaan dengan pihak lain diluar perusahaan.
Adapun secara terinci manfaat tsb, dapat berupa
a. Moral kerja karyawan akan meningkat dan
kemudian mendorong semangat kerja sehingga produktifitas kerja pun akan
meningkat pula
b. Partisipasi bawahan akan muncul dan
menimbulkan rasa memiliki dari para bawahan sehingga tercipta manajemen partisipatif
c. Hubungan kerja yang baik dan menyenangkan
akan membawa kenyamanan kerja sehingga absensi karyawan akan berkurang
d. Rasa percaya diri dari para karyawan juga
akan terbentuk dan hal ini akan mempertinggi mutu/kuslitsd produksinya
e. Kepercayaan masyarakat dan konsumen akan
meningkat, kepercayaan konsumen akan dicerminkan dalam bentuk “Brand Loyalty”
atau istilah lain memperoleh “patronage motive” dari para pembelinya, yaitu
citra atau nama baik yang diberikan oleh konsumen kepada produsen
b) Ekologi dan gerakan
pelestarian lingkungan
Kegiatan bisnis seringkali menimbulkan ganguan ekologi, hutan-hutan
banyak yang ditebang untuk industri perkayuan, tanah menjadi gundul yang banyak
menimbulkan bencana banjir, ular juga banyak diburu untuk industri kulit sehingga
tikus menjadi meraja lela yang kemudian mengganggu lahan pertanian,
burung-burung juga banyak ditangkapi sehingga ulat serta belalang menjadi
kehilangan predatornya lalu berkembang pesat populasinya yang akhirnya
mengganggu tanaman pertanian maupun perkebunan yang sulit diberantas, penangkapan
ikan sering dilakukan dengan menggunakan racun atau bahkan sengatan listrik,
hal ini dimaksudkan agar efektif dan hasil tangkapannya banyak. Dengan cara itu
memang ikan yang diperoleh sangat banyak, akan tetapi hasil tersebut hanyalah
sementara itu saja, karena seluruh ikan, anak-anak ikan yang masih kecil bahkan
telurnya pun ikut terbunuh, dengan demikian hari-hari berikutnya akan tidak
dapat panen ikan lagi. Praktik-praktek bisnis semacam ini pada saat ini sudah
sangat jauh berkurang berkat adanya penyuluhan serta gerakan pelestarian
lingkungan hidup di Indonesia .
Disamping masalah ekologi banyak pula menyangkut masalah polusi.
Pabrik sering membuang limbah industrinya yang sangat mengganggu masyarakat
sekitarnya, polusi dapat meliputi polisi udara, air, maupun suara.
Penggunaan bungkus plastik nampaknya juga menimbulkan masalah kesuburan
tanah karena plastik tidak mudah hancur didalam tanah sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesuburan tanah
c) Penghematan energi
Energi yang berasal dari sumber daya alam telah banyak terkuras oleh
kegiatan bisnis seperti misalnya batu bara, minyak bumi dan gas, dimana energi
macam itu tergolong energi yang tidak dapat direproduksikan lagi. Maka
pemikiran penghematan penggunaan energi perlu segera digiatkan, berbagai cara
harus dilakukan untuk penghematannya, disamping itu harus diupayakan agar
segera diciptakan penggantinya. Misalnya dengan pembangunan energi tenaga surya
serta tenaga nuklir yang tidak pernah akan habis. Pemanfaatan energi air, angin
serta laut yang perlu ditingkatkan penggunaannya, sebab energi ini merupakan
energi yang abadi.
d) Gerakan Konsumerisme
Dewasa ini muncul gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan hak-hak
konsumen untuk mendapatkan perlindungan terhadap pelayanan bisnis yang sering
merugikan kepentingan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
4. Etika Bisnis
Merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari dalam perusahaan itu sendiri, bisnis selalu berhubungan dengan
masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat
dipandang sebagai etika pergaulan bisnis, seperti halnya manusia pribadi juga
memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat
umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Meliputi
beberapa hal antara lain:
a. Hubungan antara bisnis dengan
langganan/konsumen
Merupakan hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara
baik, adapun pergaulannya dengan pelanggan dapat disebutkan misalnya:
1) Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen
sulit untuk membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya
2) Bungkus ataupun kemasan membuat konsumen
tidak dapat mengetahui isi didalamnya, sehingga produsen perlu memberikan
kejelasan tentang isi serta kandungan atau zat-zat yang terdapat diproduk itu
3) Promosi terutama iklan merupakan gangguan
etis yang paling utama
4) Pemberian service dan nterutama garansi
adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak
etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak
layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tsb kepada pembelinya
b.
Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan
bisnisnya seringkali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya,
pergaulan bisnis dengan karyawan ini menyangkut beberapa hal yaitu:
1)
Penerimaan karyawan
(rekruitmen), harus dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil
seleksi yang telah dijalankan, seringkali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal
dari anggota keluarga sendiri
2)
Pelatihan (trainning)
3)
Promosi atau kenaikan pangkat,
manajer yang mencoba menaikkan pangkat para karyawan dari generasi muda yang
dianggapnya potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis,
tetapi hal tsb mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua.
4)
Tranfer demosi (penurunan
pangkat)
5)
Lay-off atau Pemecatan PHK, ini
perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para manajer, karena menyangkut masalah
tidak saja etik akan tetapi juga masalah kemanusiaan, karyawan yang diPHK akan
kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama
keluarganya
c.
Hubungan antar Bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain, bisa terjadi hubungan perusahaan dengan pesaingnya,
penyalurnya, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan
sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar keduanya, dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik, contoh penerbit buku yang ingin menyalurkan
buku-bukunya kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam
jumlah besar dan kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan
penyalur, rencana ini menjadi kandas kaarena mendapat protes keras dari para
penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tsb akan sangat merugikan
para penyalur, sedangkan omzet dari para penyalur sendiri dalam beberapa
tahuntidak meningkat, contoh lain adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli
atau manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling
menjatuhkan di antara bisnismen dsnya
d.
Hubungan dengan Investor
Perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go public”
haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
investornya, informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk
mengambil keputusan investasi yang keliru (perlu mendapat perhatian yang
serius). Di Indonesia mengalami lonjakan kegiatan pasar modal, banyak
permintaan dari pengusaha yang ingin jadi emiten yang akan menjual sahamnya
(meng-emisi sahamnya) kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga
sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham
ataupun surat-surat berharga yang lain yang di emisi oleh perusahaan di pasar
modal, oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahaan
yang go public tsb, janganlah sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan
terhadap informasi. Dalam hal ini peranan pemerintah serta perusahaan penjamin
emisi (pialang) adalah sangat penting dalam hal memberikan informasi serta
prospektus dari perusahaan yang menjual sahamnya di pasar bursa saham tsb.
Tangan Pemerintah Republik Indonesia
yang bergerak dalam hal ini BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) merupakan
badan yang berada langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan yang bertugas untuk:
1)
Mengadakan penilaian terhadap
perusahaan-perusahaan yang akan menjual sahamnya melalui pasar modal (go
public) tugas ini merupakan upaya untuk menilai aapakah perusahaan tsb, telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan serta layak dan sehat untuk go public
2)
Menyelenggarakan bursa pasar
modal secara efektif dan efisien, serta menyusun dan mengumumkan perkembangan
kurs efek-efek dipasar bursa
3) Secara terus-menerus memantau perkembangan
perusahaan-perusahaan yang go public
e.
Hubungan dengan Lembaga-lembaga
Keuangan
Hubungan
dengan lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat final, hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan
dengan penyusunan Laporan Keuangan yang berupa Neraca dan Laporan Rugi dan Laba
misalnya, laporan finansial haruslah disusun dengan secara baik dan benar
sehingga terjadi kecenderungan kearah penggelapan pajak misalnya. Keadaan
tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik tentu saja.
Pelaksanaan
tanggung jawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan dan pelaksanaan
kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi,
ekonomi, sosial budaya, pemerintah maupun masyarakat internasional. Bisnis yang
menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika
bisnis, sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan merupakan praktek bisnis yang
tidak etis. Penerapan etika bisnis ini merupakan penerapan dari konsep “ Stake-Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu
konsep “Stock-Holder”. Pengusaha yang
menerapkan konsep Stock-Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan para
pemegang saham (Stock-Holder) saja, dimana para pemegang saham tentu saja akan
mementingkan kepentingan nya yaitu pengahasilan yang tinggi baginya yang berupa
deviden atau pembagian laba serta harga saham di bursa, dengan memperoleh
deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya
kurs saham akan merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan atau
tuntutan dari para pemegang saham itu sering kali mengabaikan
kepentingan-kepentingan pihak lain yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis.
Pihak
lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak saja para pemegang saham akan
tetapi masih banyak antara lain:
Pekerja/karyawan, Konsumen, Kreditor, Lembaga-lembaga keuangan,
Pemerintah
Pengusaha yang menjalankan bisnisnya dengan mengingat atau
memperhatikan kepentingan pihak-pihak terkait dalam kegiatan bisnis yang tidak
saja hanya mementingkan kepentingan pemegang saham saja merupakan pengusaha
yang menerapkan konsep baru yang dikenal sebagai konsep “Stake-Holder”
5. Bentuk-bentuk tanggung
jawab sosial suatu bisnis
Bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis adalah
merupakan penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis, dengan semakin
tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis maka berarti akan semakin
meningkat pelaksanaan praktek bisnis dalam masyarakat, banyak kita lihat atau
kita alami praktek bisnis yang kurang etis misalnya banyak produk yang sudah
tidak layak dijual akan tetapi masih diperjual belikan di toko-toko, makanan
yang mengandung zat kimia yang membahayakan kesehatan masyarakat konsumen masih
dijual dimana-mana. Bahkan belum lupa dari ingatan suatu perusahaan yang
menjual produk yang kita kenal dalam kasus”Biskuit Beracun” disamping itu
banyak dilakukan adanya PHK bagi para karyawan tanpa memperoleh uang pesangon
yang wajar
Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang
dapat atau telah dilakukan oleh beberapa pengusaha khusus di Indonesia
- Pelaksanaan Hubungan Industrial
Pancasila (HIP)
Banyak pengusaha yang telah menyusun dan
melaksanakan hubungan industrial Pancasila ini dalam bentuk yang sering dikenal
sebagai Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), kewajiban karyawan tentu sudah jelas
dan hak-hak karyawan meliputi hak atas gaji, kesejahteraan baik moril maupun
materiil, misalnya hak cuti hamil, rekreasi, premi kerja lembur, bonus,
tunjangan THR, pakaian kerja, tunjungan kesehatan serta hak untuk mengembangkan
bakat serta kehidupan agama dan kerohaniannya
- Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)
Banyak Pengusaha yang telah melakukan amdal dalam
melaksanakan bisnisnya, wujud nyata dari amdal tercermin dalam pelaksanaan
pengolahan limbah industri, sehingga limbah menjadi tidak mengganggu
lingkungan. Dalam hal ini masih banyak pula pengusaha yang belum menyadari akan
tanggung jawabnya terhadap pengolahan limbah industrinya
- Penerapan prinsip Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan prinsip K3 telah banyak dilaksanakan
pula pengusaha, guna menjalankan praktek K3 tentu memerlukan pekerjaannya baik
berupa topi pengaman, masker maupun pakaian kerja khusus dsbnya
- Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Pelaksanaan program pemerintah yang berupa PIR dimana perkebunan
besar yang biasanya adalah milik negara merupakan intinya yang akan menjadi
motor penggerak pembangunan perkebunan rakyat disekitarnya yang merupakan
plasma, perkebunan rakyat akan mendukung kelancaran pemasokkan bahan baku
- System Bapak Angkat- Anak Angkat
Pelaksanaan sistem ini juga banyak membantu kelancaran proses
pembangunan bangsa serta keterkaitan industri maupun keterkaitan kepentingan
masyarakat banyak. Praktek ini tidak mudah untuk dilaksanakan karena diperlukan
kesadaran yang tinggi dari pengusaha besar yang harus bersedia untuk membantu
perkembangan bagi pengusaha kecil yang seringkali banyak menimbulkan persoalan
bagi pengusaha besar yang menjadi bapak angkat.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyo Gitosudarmo, Drs,
M.Com, Hons Pengantar Bisnis, Edisi kedua BPFE Yogyakarta -1996
Murti Sumarni, Dra dan John
Soeprihanto, Drs, MIM Pengantar Bisnis, Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan, Liberty Yogyakarta -1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar